Jumat, 23 Desember 2011

akarkata pertama

Kuikhlaskan Suamiku Menikahinya
                                    Oleh : Laila Nur
“apa???!!! kamu meminta cerai?! Mengapa? Apa kamu lupa bagaimana hukum perempuan menggugat cerai?” Fadhil membelalakkan matanya saat Aisyah mengutarakan maksudnya. Sungguh tak dia sangka, tiada hujan tiada angin isterinya menggugat perceraian darinya.
“katakan Aisyah, apa yang membuat kamu meminta mas menceraikanmu? Apakah ada alasan yang bisa dibenarkan atas permintaanmu?”.
 Aisyah terdiam mendengar pertanyaan Fadhil. Sebenarnya hatinya bimbang untuk menjelaskan semua alasan pada suaminya. Kalau ketidakadilan yang kurasakan dari mas Fadhil aku jelaskan semuanya, mungkin dia akan menganggap aku terlalu jadi pencemburu. Tapi kalau aku membiarkan semuanya terus berlanjut, apakah aku tidak lebih menjadi isteri yang dzolim karena membiarkan suaminya berada dalam ketidakadilan. Bahkan aku telah membiarkan kemungkaran dihadapanku. Tapi kalau aku mengungkapkan semuanya, apakah mas Fadhil akan merasakan kalau selama ini dia sudah berjalan tidak adil? Ini adalah salah satu jalan agar mas Fadhil tidak terus-terusan harus mengukir dosa karena ketidakadilan. Kalau menggugat cerai adalah sautu hal yang salah dan dosa, biarlah kesalahan ini kulakukan sekali saja. Aku harus memperbaiki diri setelah berpisah dari mas Fadhil. Aisyah bukannya menjawab semua pertanyaan suaminya, dia malah terdiam membayangkan semua yang dia rasakan janggal.
“ ayo..Aisyah sayang, bicaralah. Ada apa dengan dirimu? Mengapa tiba-tiba kamu meminta mas menceraikanmu? Beri mas alasan agar mas bisa faham. Kalau alasan itu karena kesalahan yang mas lakukan, apakah tidak bisa mas memperbaikinya. Kalau alasan itu berasal dari diri mas, mas mau memperbaikinya tak mau semudah itu menceraikan isteri mas”.
 Aisyah makin terdiam. Dia tak tahu harus dari mana memulainya.
“samakah dirimu memperlakukan aku dan Syilla ketika dia merajuk seperti ini, mas?”. Fadhil mengerutkan alis mendengar nama Syilla disebut oleh Aisyah. Dia mulai merasa ada aroma-aroma cemburu dari isteri pertamanya.
“kamu ingin mas berkata apa, sayang? Tidak atau sama? Kalau mas bilang tidak dan mas lebih mengutamakanmu, apakah kamu merasa bahagia? Ataukah kamu lebih akan merasa senang jika mas berkata sama, karena mas mencoba adil pada keduanya? Aisyah..kalian adalah isteri-isteri mas yang tentu saja mas harus adil terhadap keduanya.”
Aisyah semakin terdiam saja. Dirinya merasa semakin tersudutkan atas kata-kata suaminya. Satu sisi dia ingin suaminya berkata pada pilihan pertama yang dia sebutkan. Karena dengan begitu dia merasa lebih disayangi oleh Fadhil. Sebab dialah isterinya yang pertama yang telah hampir tujuh tahun berumah tangga dengannya. Tapi kalau Fadhil memberinya jawaban yang kedua, itu artinya telah banyak dosa yang ditumpuk suaminya. Bukankah dia sendiri tahu, tidak boleh membeda-bedakan antara isteri satu dan isteri yang lainnya. Entahlah, semua itu hanya membuat dirinya semakin pusing saja. Sebab banyak perasaan berkecamuk dalam benaknya.
“apa kamu yakin telah berlaku adil, mas?. Selama ini aku merasa kamu terlalu perhatian pada Syilla. Padahal kamu tahu sejatinya siapa dia. Tapi kamu akhir-akhir ini lebih menghabiskan waktumu bersamanya ketimbang aku. Apakah itu yang kamu anggap suatu keadilan?” Aisyah bergumam sendiri dalam hatinya.
                     
(sumber gambar www. fitrahsunnah.blogspot.com)
***********
Semua berawal dari datangnya Syilla. Perempuan yang entah dari mana datangnya dan oleh angin mana kedatangannya dihembuskan. Yang jelas malam itu Aisyah sedang tertidur diatas sofa menunggu kepulangan suaminya lalu dia dikagetkan oleh suara handphonenya yang bergetar.
“assalamualaikum….mas masih dimana?” suara Aisyah begitu terdengar halus menyapa seseorang diseberang sana.
“Aisyah..sayang. mas menabrak seorang perempuan yang sedang berlari”. Suara Fadhil terdengar tak tenang.
“astagfirullah…sekarang mas dimana? Bagaimana keadaan wanita itu?’ Aisyah terdengar histeris mendengar suaminya terkena musibah.
“sekarang mas membawanya ke rumah sakit Pelita Harapan. Keadaannya kritis, mas mungkin tak akan pulang malamini karena dia tak membawa identitas diri sehingga mas tak bisa menghubungi keluarganya”. Fadhil mejelaskan kondisi yang sedang dia hadapi pada Aisyah.
“ya sudah, nanti aku kesana. Tak baik mas menungguinya sendiri. Biarlah aku datang kesana untuk menemai mas.” Aisyah mengajukan diri untuk menemani suaminya menunggui perempuan itu. Tanpa pikir panjang Aisyah langsung menelpon taksi agar bisa mengantarnya ke rumah sakit yang disebut oleh suaminya.
***************
            “bagaimana kondisi dia mas?” Aisyah langsung menanyakan kondisi perempuan yang ditabrak Fadhil saat dia menginjakkan kakinya di UGD rumah sakit Pelita Harapan.
            “dia masih belum sadar, tapi dokter sudah menanganinya.” Fadhil menjawab semua pertanyaan Aisyah.
            “dimana dia?, biar aku melihatnya.” Aisyah mengikuti suaminya menuju tempat dimana perempuan itu terbaring. Begitu kagetnya dia ketika melihat sosok yang telah ditabrak suaminya.
            “subhanallah..dia cantik sekali” gumam Aisyah dalam hatinya. Namun sayang kecantikan gadis itu tak sepadan dengan dandanannya yang menor dan serba mini.
            “bagaimana ceritanya mas bisa sampai menabrak dia?” Aisyah memberondong pertanyaan pada Fadhil. Namun mereka tak bisa bercerita banyak terlebih dahulu karena harus mengurus kepindahan wanita itu menuju kamar rawat inap.
            “nanti setelah dia mendapat kamar untuk dirawat, mas akan menceritakan semuanya”. Kalimat yang diucapkan Fadhil membuat Aisyah harus bersabar untuk sementara waktu. Sebagai seorang isteri yang suaminya sedang dalam masalah, Aisyah hanya bisa menurut saja. Dia mengikuti apa yang dikatakan suaminya.
            Pukul sebelas malam perempuan itu baru saja dipindahkan kekamar 505. Secepatnya Aisyah meminta perawat untuk segera mengganti baju yang dikenakan perempuan itu karena dia merasa rikuh jika suaminya melihat bagian-bagian dari aurat perempuan itu.
            “mbak…..tolong ganti baju dia secepatnya” ucap Aisyah pada seorang perawat yang mengantar kepindahan perempuan itu. Setelah itu dia memberi saran agar Fadhil pulang dan beristirahat saja.
            “mas, biarlah aku yang manjaga dia disini, mas pulang saja dan istirahat dirumah. Mas pasti cape kan?” Aisyah memberi saran pada Fadhil.
            “ tidak apa-apa, mas akan menemani dia” Aisyah mengerutkan alisnya.
            “mas..akan menemani dia?” diulangnya apa yang baru saja telah dikatakan Fadhil. Dan Fadhil pun mengangguk.
            “apa mas akan merasa itu jauh lebih mulia ketimbang mas pulang dan beristirahat dirumah. Dengar mas dia itu tak halal untuk mas, jadi kalau mas terus berada disini mas akan menumpuk dosa. Kalau alasan mas karena mas telah menabraknya dan ingin menunggui dia karena rasa bersalah itu adalah jawaban yang salah. Ada aku disini yang bisa mnggantikan posisi mas unntuk menjaga dia”. Fadhil akhirnya menuruti apa yang dikatakan oleh Aisyah, karena dia merasa apa yang dikatakannya ada benarnya juga.
            “baiklah, mas akan pulang.” Ucapnya sambil meraih jaket yang dia letakkan diatas kursi yang ada dikamar itu. Setelah itu, dia pun berlalu meninggalkan isterinya yang menunggui perempuan yang dia tidak ketahui mengapa alasan perempuan itu berlalu sampai tertabrak olehnya.
*********************
            Malam itu harus menjadi malam terakhir bagi Syilla berada dalam kubangan yang dipenuhi orang-orang tak bermoral dan bejat yang selama dua tahun telah memaksa dirinya melayani nafsu-nafsu setan mereka. Apapun yang terjadi, dirinya harus segera lari dari tempat itu. Syilla mengatur strategi untuk pelariannya. Hati dan jiwanya sudah tak tahan lagi jika harus terus berada disana.
            “biarlah aku mati karena melarikan diri daripada harus terus-terusan menjadi budak mereka. Aku tak mau Tuhan terlampau membenciku karena kelakuan bejat seperti binatang ini terus kulakukan. Aku harus lari apapun yang akan terjadi”. Saat dirinya sedang mengatur strategi untuk pelarian, tiba-tiba pintu kamarnya diketuk. Itu berarti mami membawa tamu untuknya, yang harus dia layani nafsu birahinya. Tubuhnya melemas saat ketukan itu makin keras. Dengan tangan bergetar Syilla membuka pintu kamarnya.
            “alamak Syilla…mengapa belum dandan yang cantik dan masih mengenakan baju tidur seperti itu. Lihat mami bawa tamu spesial untuk kamu. Sengaja mami tak membiarkan om Reno pada yang lain, mami mau kamu melayani dia dan jangan sampai mengecewakannya” kalimat yang baru saja diucapkan germo berwajah oval itu telah membuat telinga Syilla sakit.
             “saya kurang enak badan mami. Kalau dipaksakan, saya takut om Reno nanti kecewa atas pelayanan saya” Syilla membuat alasan menolak keinginan perempuan yang disebut mami itu.
            “tidak apa-apa sayang kalau kamu sakit sedikit, om masih bisa mentolelir kok” Laki-laki bejat itu menanggapi kata-kata Syilla sambil memperhatikan Syilla dari atas kepala sampai ujung kakinya membuat Syilla semakin risih saja.
            “om Reno tidak keberatan katanya kalau kamu cuma sakit kecil, jadi selamat menikmati saja”. Perempuan berbadan gempal itu meninggalkan Syilla dengan laki-laki yang disebut om Reno itu.
            “malam ini saya tidak sehat, om. Saya takut kalau om akan terkena sakit saya juga” Syilla terus mencari alasan agar dia tak melayani dia.
            “tak apa-apa,sayang. Kalau kamu memang tak bisa bercinta dengan om, setidaknya kamu bisa om cumbu sepuas hati om” Sungguh dada Syilla semakin bergemuruh penuh amarah. Hati dan jiwanya marah mendengar ocehan laki-laki bejat itu.
            “cukup dua tahun aku menjadi budak mereka, sekarang penyiksaan seperti apapun akan aku terima yang penting aku tak mau melayani mereka lagi” Syilla terus berniat dalam hatinya sambil mencari strategi yang baik utuk pergi dari sana. Sambil pura-pura terbatuk-batuk Syilla terus mencari cara bagaimana membuat birahi laki-laki itu tak memuncak.
            “memangnya kamu sakit apa sayang, sampai takut aku tertular” ucap laki-laki itu sambil mulai melucuti pakaian yang dia kenakan satu persatu.
            “dari tanda-tanda yang saya rasakan, saya takut terjangkit virus HIV atau AIDS. Makanya saya harus istirahat dahulu untuk sementara sambil membuktikan apa sebenarnya penyakit yang menghinggapi saya” Syilla terpaksa mengucapkan penyakit yang paling ditakuti itu demi keamanan dirinya. Laki-laki itupun berubah airmukanya saat mendengar penyakit yang diucapkan oleh Syilla. Lalu dia kembali memakai bajunya yang sebagian sudah dia lucuti dan meninggalkan Syilla yang masih terduduk di pinggir tempat tidurnya.
            “baiklah kalau begitu, aku akan mengadukannya pada bosmu” Ucap laki-laki itu. Syilla baru tersadar kalau laki-laki itu melapor pada mami Grace dan dia ketahuan berbohong, dia akan mendapat sanksi yang sangat berat. Untuk itu dia segera mengambil tindakan secepatnya.
            “mungkin ini adalah saatnya aku harus mengakhiri semua ini. Apapaun yang terjadi aku harus lari dan tak boleh berhenti sebelum mereka lelah mencariku. Syilla membuka jendela dan melihat kebawah. Tidak mungkin dia melompat dari kamarnya yang terletak di lantai lima itu, dia harus mencari cara agar bisa mengelabui mereka. Ketika dia akan membuka pintu kamarnya, Syilla tampak kaget karena mami Grace sudah ada di pintu kamarnya bersama laki-laki itu.
            “apa betul yang dikatakan om Reno?” pertanyaan itu dijawab dengan anggukan kepala oleh Syilla.
            “kalau begitu sekarang juga periksakan dirimu” Syilla mengangguk tanda dia mematuhi peritah mami Grace.
            Selama diperjalanan Syilla memutar otaknya untuk bisa melarikan diri. Karena dia sudah hafal betul dengan sopir yang biasa mengantar mami Grace itu, akhirnya diapun meminta sopir itu untuk berhenti sebentar.
            “ bisa kita ke pom bensin sebentar?” sopir itu mengerutkan alisnya.
“sambil mas Toto membeli rokok aku mau ke kamar kecil sebentar. Aku tak kuat menahan sakit disekitar kemaluanku karena menahan pipis”. Tanpa curiga, sopir itu menganggukan kepalanya. Diapun turun dan langsung menuju toilet yang ada di pom bensin. Untung saja saat itu banyak mobil yang sedang antri untuk mengisi bahan bakar mereka, sehingga dia bisa kabur dan terhalang oleh mobil-mobil itu. Ketika dia melihat sebuah bus jurusan lebak bulus dia langsung naik tanpa pikir panjang. Dengan penampilannya yang serba mini dia menjadi bahan sorotan yang membuat dia tidak nyaman.
            Akhirnya dia pun turun sebelum bis masuk  terminal dan langsung berlari ketakutan. Karena takut anak buah mami segera mengejarnya, Syillapun mempercepat langkahnya yang tak bertujuan itu. Dia tak memperhatikan mobil yang lalu lalang ditengah jalan. Dia terus menerobos mereka demi hidupnya. Ketika dia berlari dia tak  mengetahui kalau dari arah kiri ada mobil yang melaju dengan kecepatan yang lumayan tinggi. Sehingga dia tak bisa menghindar, akhirnya…
            “sriiiiiiit…” suara rem berderit saat Fadhil menginjak pedalnya. Namun sudah terlambat, walaupun dia mengerem mobil yang dikendarainya tetap saja perempuan itu tersungkur karena tertabraak olehnya.
*********************
“begitulah ceritanya mengapa aku bisa tertabrak suami, mbak. Aku tak mau kembali kesana mbak. Kalau bisa aku ingin kembali ke keluargaku dan menyucikan diriku kembali. Oh iya, nama saya Syilla, mbak”. Setelah Syilla tersadar, Aisyah tak kuasa untuk menahan pertanyaan apa yang menjadi penyebab perempuan itu sampai tertabrak suaminya. Diapun mengangguk-angguk tanda mengerti dari semua yang diceritakan oleh Syilla.
            “berapa usia mbak sekarang?” Tanya Aisyah pada Syilla.
            “dua puluh tiga, mbak” Jawab Syilla.
            “berarti kita sebaya. Mbak berasal dari mana?” Tanya Aisyah lagi.
            “dari Banyuwangi, mbak. Saya ingin pulang tapi saya takut.” Syilla menitikan airmata menerawang semuanya.
            “apa yang membawa mbak bisa sampai ke tempat itu?” Tanya Aisyah lagi.
            “orang tua saya sudah tiada sejak saya berusia empat tahun. Kala itu rumah kami dimasuki dua orang laki-laki yang ternyata mantan pacar ibu saya dan temannya. Lalu orang itu memperkosa ibu dengan paksa dihadapan saya dan temannya menyekap ayah. Rumah kami cukup jauh dari tetangga sehingga teriakan aku dan ibu tak bisa didengar mereka. Lalu mereka menyumpal mulutku dan mulut kedua orang tuaku. Ayah tak bisa menerima ketika melihat isterinya diperkosa dihadapan keduamatanya. Ayah pun berontak sekuat tenaga. Namun sial tak dapat ditolak, temannya mantan ibu mengayunkan golok ke dada ayah sampai ayah terbunuh oleh dia. Ibu pun berontak melihatnya, dia mencoba melawan laki-laki bangsat itu. Namun ibu terlalu lemah sehingga dia malah disiksa oleh laki-laki itu. Setelah puas dengan aksinya mereka pergi meninggalkan kami yang penuh bersimbah darah. Aku melihat ayahku dibunuh dan ibuku diperkosa dengan kedua mataku secara langsung namun tak bisa berlaku apa-apa.
            Setelah kejadian itu ibu mulai menjadi orang yang diam dan terus-terusan menangis sampai pikirannya terganggu. Makin hari fisik dan jiwanya makin lemah samapai akhirnya ibu meninggal setelah tiga bulan kemudian. Aku lalu dirawat oleh adik dari ibu, namun karena kendala ekonomi akhirnya bu’ le tak mampu menyekolahkan aku sampai SMP. Akhirnya aku berinisiatif untuk bekerja saja. Sudah beberapa tahun aku bekerja sebagai pembantu dan lain sebagainya. Suatu hari aku dia ajak temanku bekerja di restoran di Jakarta. Namun temanku ternyata berbohong, aku malah dimasukan ke sebuah bar yang baru dibuka. Dari sanalah neraka itu mulai saya rasakan, mbak. Temanku ternyata punya dendam pribadi terhadapku dan dia sengaja mengumpan aku. Aku dijual pada mami Grace oleh dia dan akupun dikawal ketat serta harus menjadi budak seks para lelaki hidung belang yang bejat. Aku sangat sedih karena aku tahu bu’ leku tak tahu penderitaanku disini. Yang lebih menyakitkan lagi, karena aku tahu ayah dan ibuku pasti mengetahui kalau aku sudah hancur penuh lumpur dosa sebab dosa yang aku jalani pasti akan mengalir ke alam kubur mereka” Syilla bercerita sambil tak kuasa menitikkan airmata.
Aisyah pun turut menitikkan airmatanya, sungguh tragis kehidupan yang dialami Syilla. Dia tak membayangkan bagaimana jika semua itu menimpa dirinya, tentu saja dia tak akan mampu melawan dan bertahan dalam kehidupan. Sekarang terjawab sudahlah mengapa dia melihat perempuan itu berbusana serba mini, dan mengapa perempuan itu dipertemukan dengan dirinya. Dalam hati Aisyah berkeyakinan kalau Tuhan menitipkan sesuatu pada dia dan suaminya. Sesuatu yang bisa menjadi ladang dan menjadi suatu tabungan besar bagi mereka.
            “mbak Syilla sekarang tenang saja, disini mbak aman. Insya Allah saya dan mas Fadhil akan melindungi mbak”. Aisyah berbicara penuh ketulusan.
            “siapa mas Fadhil, mbak?” Tanya Syilla padanya.
            “dia itu suami  saya, mbak. Yang menabrak mbak Syilla semalam. Oh iya, nama saya Aisyah. Mbak boleh memanggil nama saya saja gak usah formal begitu. Kami baru menikah dua tahun yang lalu. Mbak tenang saja, mas Fadhil seorang yang bijaksana yang selalu penuh pertimbangan dalam semua tindakannya. Sekarang dia tak bisa kemari karena harus kekantor, tapi insyaallah sepulangnya nanti dia akan kemari” Aisyah menjelaskan. Syilla kembali menitikan airmatanya. Sungguh perempuan yang sedang duduk menungguinya itu selain sholehah dia juga beruntung karena memiliki suami yang kelihatannya sangat menyayangi dia. Dia bisa membaca itu dari semua cerita Aisyah. Lalu Syilla mengangguk tanda menegrti.
            “maafkan saya, mbak. Karena telah merepotkan mbak dan suaminya. Saya sungguh malu. Saya yang….” sebelum Syilla melanjutkan kalimatnya, Aisyah terlebih dahulu memotong klimat itu.
            “mbak..jangan berkata seperti itu, percayalah Allah tak mungkin membentangkan garis seperti ini kalau tak ada suatu nilai yang bisa kita petik dari sana. Percayalah Allah akan memberiikan sesuatu yang amat terbaik untuk hambanya dan tak akan membiarkan kita saling merugikan” Kalimat Aisyah membuaat hati Syilla tenang dan nyaman. Dia baru sadar kalau selama ini anggapannya salah, ternyata masih ada orang baik yang berhati mulia di daerah yang telah menjerumuskan dirinya kedalam lembah kenistaan. Setelah itupun dia memejamkan matanya karena tak mau mengganggu Aisyah yang terlihat lelah. Dalam hati dia sangat yakin kalau Aisyah tidak tidur selama menungguinya. Untuk itu dia memilih memejamakan mata agar perempuan berjilbab abu-abu itu bisa mengistirahatkan dirinya. Tapi ternyata anggapannya salah. Setelah mengetahui dirinya tertidur, Aisyah pergi mengambil air wudhu dan melaksanakan shalat dhuha disamping ranjangnya. Sungguh pemandangan yang membuat hati Syilla pedih. Aisyah betul-betul berbalik dengan dirinya sehingga membuat dirinya semakin malu dan hina dihadapan tuhan mereka.
            “sungguh aku tak tahu Tuhan, mengapa Kau pertemukan aku dengan dia, yang jauh lebih mengenalmu daripada diriku yang tak mampu menyebut asmaMu karena kelunya lidahku.” Airmata merembes dari kelopak mata Syilla seiring Aisyah yang mengkhusyukkan sujudnya dalam setiap rakaat demi rakaat yang didirikannya.
**********************
Setelah sembuh dan keluar dari rumah sakit, akhirnya Aisyah dan Fadhil sepakat membawa Syilla kerumahnya untuk sementara agar dia benar-benar pulih baik secara fisik maupun psikisnya. Setelah melakukan beberapa pemeriksaan, ternyata Syilla tidak menderita penyakit yang menyeramkan yang pernah dia jadikan alasan sebelum dia kabur meninggalkan lembah penuh jiwa-jiwa seperti setan itu. Namun pagi tadi ada kejadian yang mengagetkan Aisyah dan Fadhil. Sewaktu bangun Syilla muntah-muntah. Pada awalnya mereka menganggap kalau Syilla masuk angin atau apa, tapi apa yang mereka bayangkan ternyata salah. Syilla bukan mengalami penyakit biasa tapi penyakit yang tak ada obatnya selain membiarkan penyakit itu tumbuh dalam rahimnya sampai masanya tiba dia akan terlahir menjadi seorang generasi baru yang harus menjalakan roda kehidupannya.
            “apa?? Syilla hamil?” Tanya Fadhil penuh rasa kaget setelah mendengar cerita Aisyah.
            “iya..dan dokter bilang kandungannya sudah berusia tujuh minggu. Sungguh Allah Maha Kuasa yang bisa melakukan apa saja” Aisyah menjawab pertanyaan suaminya.
            “astagfirullah…apa pendengaranku tidak salah?” Fadhil beristighfar.
            “mengapa mas? bukannya mengucapkan hamdallah malah beristigfar seperti itu, harusnya mas senang mendengar seorang perempuan hamil. Itu tandanya Allah memberi kepercayaan padanya untuk membentuk generasi pejuang agama tuhannya”
            “bukan itu masalahnya, Aisyah. Tapi Syilla itu mengandung anak yang tidak diketahui siapa bapaknya. Itu tidak ubahnya anak kambing saja, yang lahir tak berayah.”
            “astagfirullah..mas, jangan keluarkan kata-kata itu dihadapanku. Seperti apapun Syilla, dia juga tidak mau hal itu menimpa dirinya. Takdir yang menggariskan itu mas. Sekarang mas jangan berpikir dengan pikiraan yang sempit mengenai bagaimana mengahadapi semuanya. Allah mempertemukan dia dengan kita, dan mas yang menjadi perantara dia berada disini. Sekarang kita pikirkan bagaimana agar Syilla berubah menjadi perempuan yang baik yang daapat mengahapus dan meleburkan dosa-dosa dimasa lalunya. Aku juga bukan perempuan sholehah mas, tapi setidaknya aku mempunyai banyak kesempatan untuk sama-sama mengajak dia agar mengarah kepada kebaikan”. Aisyah memberi penjelasan pada suaminya dengan bahasa yang bisa langsung difahami.
            “baiklah..terserah kamu, Mas mengikuti saja” Fadhil menyetujui. Akhirnya mereka sepakat untuk membantu Syilla berubah. Mereka akan melepaskan Syilla pulang ke Banyuwangi kalau dia sudah benar-benar mendapatkan hidayah dan telah melahirkan anaknya.
            “sebenarnya saya malu sama mbak Aisyah dan mas Fadhil. Kalian begitu baik kepadaku. Aku tak tahu bagaimana membalas semua yang kalian lakukan.” Syilla mengucapkan kalimat yang membuat Aisyah menghentikan pekerjaannya.
            “kamu tak usah bicara seperti itu, kami akan jauh lebih senang ketika kamu benar-benar berubah dan lebih mendekatkan diri pada Allah, sebab itu adalah hadiah terindah bagi kami” Aisyah menimpali.
*****************
            Hari berganti bulan, hari ini untuk yang kedua kalinya Aisyah menunggui Syilla terbaring dirumah sakit. Bukan!!! Saat ini dia bukan dikejar-kejar orang suruhan mami Grace atau om Reno. Tapi saat ini dia terbaring setelah berjuang demi kehidupan seorang calon pejuang. Pukul tujuh pagi tadi bayi mungil yang diberi nama Ghulam Anka Wizraqa telah lahir ke dunia. Aisyah ingin nama itu nempel pada bayi laki-laki itu dan dia tak usah menunggu sampai mata Syilla terbuka untuk menyetujuinya karena jauh-jauh hari Syilla sudah menyerahkan masalah pemilihan nama bayinya pada Aisyah.
            Hari berganti, minggu-minggu telah terlewati. Usia Ghulam sekarang sudah dua bulan. Selain mengisi hati ibunya, makin hari dia makin membuat hati Aisyah dan Fadhilpun terisi. Ghulam tumbuh menjadi anak yang sehat berkat ketelatenan Syilla dan Aisyah. Sehingga lama-kelamaan keduanya merasa kalau mereka adalah pemilik Ghulam dan tidak mau dipisahkan darinya.
“kapan kita akan mengantar Syilla pulang pada keluarganya?” pertanyaan Fadhil membuat asiyah sadar kalau Ghulam bukanlah milik dirinya.
“sebenarnya aku tak mau kehilangan Ghulam, mas” Jawaban Aisyah membuat Fadhil semakin bingung saja.
Akhirnya suatu malam Fadhil membuat keputusan yang membuat hati Aisyah senang sekaligus sedih. Senang karna dengan begitu dia tak akan kehilangan Ghulam dan sedih karena dia harus diduakan.
            “mas lihat kamu sepertinya sayang sekali pada Ghulam” Ucap Fadhil saat mereka sudah terbaring diperistirahatan.
            “betul sekali, mas. Aku bisa menyayangi Ghulam selayaknya dia benar-benar milikku. Padahal mungkin dia tak akan lama lagi disini, suatu hari nanti dia pasti akan meninggalkan kita” Aisyah menerawang mengingat hari dimana Ghulam dibawa Syilla pergi pasti akan tiba.
            “mas..keluarga Syilla tentu akan kaget kalau dia puang sambil membawa anak dan aku yakin dia bingung bagaimana menjelaskan semua pada keluarganya. Kita harus membantu dia mas. Tapi aku bingung bagimana caranya” Aisyah memikirkan kebingungan yang pasti akan menghadang Syilla.
            “Aisyah…boleh mas mengatakan sesuatu?” Fadhil bicara hati-hati.
            “ tentu saja” Ucap Aisyah.
            “mas tahu kamu menyayangi Ghulam karena beberapa pertimbangan. Ghulam tidak punya ayah dan lain sebagainya. Kamu tahukan kalau saat ini perbandingan laki-laki dan perempuan sudah tidak seimbang. Jadi adakalanya ada seorang perempuan yang harus membagi suaminya dengan perempuan lain demi ditegakkannya agama Allah. Mas berbicara seperti ini karena kamu tahu kalau kondisi Syilla adalah seorang ibu tanpa suami. Dia butuh seseorang untuk menyempurnakan status dan agamanya. Siti khadijah dahulu banyak memperbolehkan Rasulullah menikahi perempuan-perempuan yang sedang dalam kesulitan seperti Syilla. Untuk itu mas mau meminta……”
            “mas mau meminta izin dariku untuk menikahi Syilla?” Aisyah memotong kalimat yang diucapkan suaminya.
            “hati kecilku mengatakan jangan. Aku sadar itu adalah suatu sifat yang wajar dari perempuan. Sesholehah apapun seorang isteri pasti akan sakit ketika suaminya mengucapkan aqad nikah pada perempuan lain. Namun aku pun tak mau kalau mas malah jadi berada dijalan salah karena penolakanku itu, selama mas berniat melakukan itu semua karena Allah, aku akan merelakannya. Karena aku yakin jika niat itu karena Allah, maka Allah akan melapangkan dan memudahkan semuanya,namun jika mas berniat melakukan itu semua karena nafsu semata, atau bahkan karena paras rupa, aku tak meridhoinya dan aku yakin Allah akan mempersulit semuanya”. Aisyah menebak apa yang akan diutarakan suaminya. Dan ternyata tebakannya tidak salah. Fadhil mengiyakan semua apa yang baru saja dia ucapkan.
            Insyaallah mas berniat semata-mata karena Allah agar Syilla bisa menjadi perempuan seperti kamu. Dengan status mas yang menjadi orang yang halal baginya, mas tidak akan merasa kaku untuk membimbingnya sebab semua tidak akan jadi dosa” Fadhil menjelaskan niatnya.
            Baru pertama kali ini hati Aisyah bimbang. Selama ini belum pernah dia meragukan niat yang diutarakan suaminya, namun kalau masalahnya seperti ini Aisyah sungguh-sungguh memberi jawaban untuk suaminya. Namun karena beberapa pertimbangan pulalah, akhirnya dia mengiyakan maksud dari suaminya.
            Akhirnya Syilla pun dinikahi Fadhil dengan pamannya yang sengaja disuruh datang dari Banyuwangi sebagi walinya. Pada mulanya pamannya merasa kebingungan, mengapa Syilla meminta dirinya jadi wali nikah padahal dia sudah mempunyai anak. Namun setelah Aisyah menceritakan semuanya fahamlah dia atas niat baik Fadhil dan Aisyah.
Setelah menikah dengan Syilla, sebenarnya Fadhil tak mau memisahkan mereka menjadi dua atap yang berbeda karena dia pikir dengan mereka tinggal dalam satu atap, dia akan mudah berlaku adil pada keduanya. Namun Aisyah tak menyetujuinya. Bagaimanapun naluri dia dan Syilla tetap naluri perempuan yanag akan merasa cemburu ketika melihat suaminya berinteraksi dengan perempuan lain.
            “bawalah Syilla kerumah yang baru, mas. Agar mas bebas melakukan apa saja dengannya tanpa mengundang kecemburuanku. Sekarang status Syilla tidak seperti dulu lagi. Walau bagaimanapun latar dia sebelumnya, tapi saat ini dia sudah menjadi isteri mas yang sudah mas bayar maharnya. Dia harus mas perlakukan secara adil” berkat ucapan Aisyah akhirnya Fadhil memisahkan keduanya menjadi dua atap.
Ternyata tidak mudah membagi hati yang tadinya tertumpu pada satu hati untuk menjadi adil terhadap dua hati. Itu ujian yang harus dilalui Fadhil dalam menjalani kehidupan dengan keduanya. Dia harus mampu membagi diri, jiwa, siang dan malam-malamnya untuk kedua isterinya yang tak boleh dia lukai hati keduanya.
            Namun hal lain dirasakan lain oleh Aisyah. Dia merasa kalau suaminya telah berjalan tidak adil dalam menata diri untuk dia dan Syilla. Fadhil dirasakan terlalu menomorsatukan Syilla daripada dirinya. Tapi dia tak berani bicara karena dia takut kalau itu dia rasa karena emosinya saja. Daripada dia merusak semuanya, dia malah memilih untuk mencari jalan lain untuk mengakhiri kedzoliman kecil yang dia rasakan.
            Dia sadar malam-malam Fadhil sekarang, tidak sepenuhnya milik dia. Kerapkali malam miliknya tapi tak Fadhil penuhi karena alasan lain yang membuat dia harus membiarkan Aisyah seorang diri. Itu menjadi alasan tersendiri yang dirasa cukup untuk meminta dirinya dilepaskan oleh Fadhil.
*****************
            “ayo..Aisyah katakan sama mas mengapa kamu malah meminta cerai dari mas. Katakan jika mas khilaf. Mas akan memperbaikinya, mas janji” Aisyah masih terdiam tak menggubris kata-kata suaminya.
            “setelah mas menikah dengan Syilla, jujur aku merasa aku sering kehilangan malam-malamku. Semua ini bukan karena aku harus membagi malam-malam yang dahulu kumiliki dengan Syilla. Seseorang yang bertanggung jawab dengan konsekuensi yang akan dia dapatkan tak akan memberi banyak alasan untuk membiarkan isterinya sepi melewati malam-malam miliknya karena beberapa kali suaminya tak pulang. Sebagai seorang isteri aku tak mau mas menumpuk kesalahan karena mas telah lupa bagaimana berlaku adil. Aku bicara seperti ini bukan karena aku menjadi seorang pencemburu. Tapi aku mengatakan semua ini karena ku tak mau nantinya mas dibelit oleh sikap mas sendiri. Untuk itu agar mas tidak bingung untuk berlaku adil pada kami, aku memilih untuk meminta melepaskan diri saja. Aku ikhlas mas dengan Syilla, sebab dia dan Ghulam lebih membutuhkan. Aku tak punya hati jelek dengan semua niat ini, tapi ini kulakukan semata-mata agar semua berjalan tetap dalam kebaikan. Mas boleh mengingat kalau niat kita didasarkan karena Allah, maka Allah akan menolong kita. Jadi ikhlaskan dan lepaskan aku mas” Aisyah lalu terdiam dengan air mata yang mengalir dipipinya membuat kerudungnya basah..
            Dari balik pintu ada seorang perempuan yang datang sambil menggendong seorang bayi mendengar semuanya. Dia merasa sangat bersalah karena kondisi yang telah dia ciptakan. Sehingga karena itulah dia seperti dikuatkan untuk masuk kedalam.
            “mbak dan mas Fadhil sudah banyak membantu saya, jadi bukan saya yang harus dipertahankan. Dulu saya tak ada dalam kehidupan kalian dan kehidupan kalian berjalan normal. Semua berubah setelah saya datang. Untuk itu saya yang harus tahu diri dan keluar. Mbak jangan tinggalkan mas Fadhil” Syilla mengucapkan kalimat sambil menitikan airmataa. Lalu Aisyah menghampiri dan memeluknya.
            “kamu tak perlu melakukan semuanya, mbak ikhlas melepas mas Fadhil. Kamu dan Ghulam jauh lebih membutuhkan dia sedangkan aku masih belum ada yang harus kupikirkan nasibnya” Aisyah menjelaskan semua pada Syilla namun Syilla tak kuasa menahan airmatanya. Kedua perempuan itu menangis.
Fadhil merasa bingung dengan kondisi seperti itu. Dia merasa kalau itu bukan salah kedua perempuan-perempuan itu, tapi semua mutlak kesalahannya karena pasti sikapnyalah yang mengundang perasaan Aisyah jadi seorang yang pencemburu.
“Mas yang salah pada kalian berdua, jadi mas mohon pada kalian jangan hukum mas karena kesalahan ini. Mas berjanji akan menambal dan menutupi kesalahan itu” Fadhil terus meyakinkan kedua isterinya.
“Aisyah..tolong pertimbangkan semuanya..” Fadhil memohon pada Aisyah.
“Syilla…mohon mas jangan mengambil langkah yang salah…”ucapnya pada Syilla. Namun Aisyah malah pergi meninggalkan keduanya.
“aku butuh waktu untuk menenangkan diri, mas. Assalamualaikum” Ucap Aisyah sambil berlalu menuju kamarnya.
“akupun butuh waktu luang untuk menenangkan pikiran, mas. Assalamualaikum” Ucap Syilla sambil berjalan keluar.
 Fadhil akhirnya ditinggalkan oleh keduanya dengan pikiran tak menentu. Kedua perempuan itu sama-sama menangis karena kondisi yang membuat mereka menangis. Baik Aisyah maupun Syilla, keduanya sudah saling menyayangi. Sehingga keduanya tak siap untuk saling kehilangan, namun keduanya tetap seorang perempuan yang mempunyai perasaan yang tak bisa ditapikan.
**************
Kali ini ketiga kalinya Aisyah menunggui Syilla terbaring di ruangan itu. Sekarang bukan karena dia sedang dikejar-kejar atau bahkan berjuang demi sebuah kehidupan. Tapi saat ini Syilla terbaring karena dia sedang meregang nyawa melepaskan ruh. Setelah permintaan Aisyah pada Fadhil hari itu, baik Aisyah maupun Syilla menjadi kurang banyak bicara. Bahkan ketika Syilla merasakan kalau dirinya tidak sehatpun dia tak berani memberitahukan semuanya pada Aisyah.
Sampai pada tadi malam ketika Fadhil menemukan Syilla sedang kesakitan sambil memegang perut bawahnya. Syilla baru mengatakan kalau dirinya sudah merasakan sakit beberapa hari belakangan ini. Kondisi itu membuat Fadhil panik dan akhirnya segera menghubungi Aisyah.
Aisyah begitu kaget mendengar semuanya. Dia sangat menyesalkan kenapa Syilla tak memberitahunya sejak dia merasakan semuanya lebih awal.
“aku malu, mbak. Aku telah banyak merepotkan mbak” Syilla menitikan air mata mengingat kebaikan Aisyah.
“kita adalah keluarga, Syilla. Kalimat permintaan yang sempat aku tuturkan pada mas Fadhil telah menjadi stimulus baginya untuk memperbaiki semuanya. kita berdua bisa melihat dan merasakannya dari sikap mas Fadhil sekarang. Dia sudah berubah menjadi mas Fadhil yang adil, kamu merasakan hal itu kan?”Aisyah bertanya dijawab dengan anggukan kepala oleh Syilla.
“untuk itu kamu harus sembuh, dan kita akan memulai hidup yang baru lagi menjadi sebuah keluarga besar dengan mas Fadhil sebagi imam” Aisyah membelai kepala Syilla. Sungguh tak dia sangka cobaan untuk Syilla tidak hentinya. Setelah berbagai rintangan hidup dalam jalur yang harus dia lewati, saat ini dia harus diuji lagi dengan tumbuhnya penyakit keganasan yang membunuh dia secara perlahan-lahan itu. Dokter mengatakan kalau Syilla mengidap penyakit Kanker Serviks stadium empat. Penyakit itu mungkin didapatnya karena latar belakang dia yang berprofesi sebagai wanita penghibur baik siang maupun malam.
Dokter menyatakan kalau kanker itu sudah menjalar ke paru-paru, otak, hati dan tulang Syilla. Aisyah menangis mendengar semua penuturan itu. Dia tak kuasa menahan semuanya. Sambil membelai kepala Syilla dia banyak meminta maaf pada Syilla dan terus menuntunnya menyebut asma Allah.
“mbak…terima kasih mbak telah berbagi denganku sampai ketepinya. Aku sungguh berhutang budi sama mbak. Jika esok mataku sudah tak dapat terbuka, aku sudah merasakan kebahagian dari mbak dan mas Fadhil. Mbak dan mas Fadhil telah memberiku kehidupan yang terang. Tapi mungkin kepergiaanku masih terus akan merepotkan mbak dan mas Fadhil sampai ajal menutupkan mata dan memisahkan kalian berdua, sebab aku akan menitipkan Ghulam pada kalian. Dia tidak punya siapa-siapa lagi kecuali aku, mbak dan mas Fadhil. Aku mohon mbak mau merawatnya layak putra yang mbak sayangi sepenuh hati”. Syilla menangis disela-sela ucapannya. Aisyah mengangguk sambil terus membelai kepala Syilla.
Fadhil yang baru saja datang menitikkan airmata pula saat melihat keduanya saling menitipkan. Sungguh pemandangan yang bisa membuat matanya sembab. Dipandanginya Syilla yang sedang terbaring dan Aisyah yang duduk membelai kepala Syilla sambil menggendong Ghulam dipangkuannya.
“kamu ingat Syilla…mengapa kamu dipertemukan dengan mas Fadhil malam itu, karena Allah akan menitipkan Ghulam di pundak kami. Kamu tak usah takut, aku sudah menyayangi dia tak peduli siapa ayahnya, dia adalah tanggung jawab kita” Syilla tersenyum mendengar kalimat yang diucapkan Aisyah.
Fadhil pun masuk dengan kelopak mata berlinangan airmata. Lalu dia mencium kening kedua istrinya satu persatu. Sungguh dia tak bisa mensyukuri nikmat terindah Tuhan karena telah mengirimnya dua bidadari-bidadari bumi yang begitu cantik hatinya.
“mas berterimakasih pada kalian atas keikhlasan hati kalian. Sungguh mas malu pada kalian karena hampir saja membuat kalian terpecah belah karena mas lalai.”
 Kedua isterinya tersenyum mendengar semua ucapan Fadhil. Perlahan-lahan mata Syilla tertutup dengan penuh ketenangan. Setelah itu seluruh tubuh Syilla sudah tak bergeming lagi, dia telah meninggalkan dua orang yang sungguh tak akan dia lupakan sampai manapun dia berlayar. Tuhan memang memberii keindahan bagi semua umatnya dengan penuh kerahasiaan yang tak dapat ditebak jauh-jauh sebelumnya.
“Rabb…terima dan tempatkan dia dalam kesholehahan walaupun perjalanannya pernah hitam serta sisakan tiga tempat kosong untuk kami yang kau beri kesempatan lebih mundur sedikit dari dirinya didunia ini.” Aisyah bergumam dalam hati saat dia menyadari kalau ruh Syilla telah jauh pergi.
                                                desember 2011, di awal malam…